Sabtu, 31 Agustus 2019

Sejarah dan Perkembangan Teknologi Antariksa (Nasional & Internasional)

Sejarah dan Perkembangan
Teknologi Antariksa (Nasional & Internasional)



         Istilah perlombaan antariksa muncul pertama kali pada tahun 1957 tuh, tepatnya tanggal 4 Oktober, ketika Uni Soviet berhasil meluncurkan sebuah satelit tanpa awak bernama Sputnik I. Peluncuran itu sangat mengejutkan Amerika Serikat. Sputnik I juga menjadi awal gimana teknologi luar angkasa bisa berkembang seperti hingga saat ini, Squad.

       Soviet cukup ambisius. Sebulan setelah Sputnik I, mereka kembali meluncurkan satelit bernama Sputnik II, yang kala itu diawaki seekor anjing bernama Laika. Namun, misi kedua Soviet itu gagal. Sputnik II meledak dan Laika tewas. Kematian anjing betina yang menjadi kelinci percobaan itu dikecam habis-habisan oleh pencinta binatang yang kebanyakan dari dunia barat. Melihat Soviet yang sudah dua kali meluncurkan satelit, Amerika Serikat pun nggak tinggal diam. Dalam bayang-bayang Soviet, Amerika Serikat ingin bergegas membalas.

        Awal Desember di tahun yang sama, Amerika Serikat mencoba meluncurkan satelit pertama buatan dalam negeri mereka yang bernama Vanguard. Sayangnya, misi itu gagal. Kegagalannya disebabkan oleh sesaat sebelum meluncur, roket beserta satelitnya meledak di landasan peluncuran. Amerika Serikat pun kembali melakukan riset dan pengembangan satelit berikutnya setelah insiden memalukan itu.

          Nggak lama setelah itu, tepatnya pada 31 Januari 1958, Amerika Serikat akhirnya bisa menandingi Soviet dengan meluncurkan satelit pertamanya, Explorer 1. Satelit dengan bobot seberat 13 kilogram itu aktif mengitari bumi sebelum akhirnya hilang kontak pada 23 Mei 1958.




      Balas membalas misi luar angkasa itu terus berlangsung hingga puncaknya, yaitu meluncurkan manusia ke luar angkasa. Namun, lagi-lagi Soviet lebih dulu dalam melakukan hal itu.
        Terpilihlah Yuri Gagarin, manusia pertama yang ke luar angkasa pada 12 April 1961 dalam misi bernama Vostok 1 untuk mengorbit bumi pada ketinggian sekitar 327 kilometer selama sekitar 108 menit, sebelum akhirnya kembali lagi mendarat dengan aman. "Mendaratkan manusia di bulan dan mengembalikannya dengan aman ke bumi dalam satu dekade" adalah tujuan nasional yang ditetapkan oleh Presiden Amerika Serikat saat itu, John F. Kennedy, pada tahun 1961 setelah Soviet meluncurkan Yuri Gagarin. Bagi mereka, mendaratkan manusia di bulan merupakan sebuah prestasi paling tinggi dalam bidang teknologi.
        Benar saja, dalam rentang tahun 1961 hingga 1969, Amerika Serikat mempersiapkan segala teknologi yang dibutuhkan, mulai dari roket, modul pendarat, hingga pelatihan astronautnya. Hingga pada tanggal 20 Juli 1969, astronaut Neil Armstrong dan kawan-kawannya mendarat di bulan dalam misi Apollo 11. Oh iya, nggak cuma Apollo 11 saja yang berhasil mendarat di bulan, lho, Squad. Melainkan ada enam misi Apollo lainnya yang berhasil mendarat di benda langit terdekat bumi kita itu pada rentang tahun 1969 hingga 1972. Dengan begitu, total manusia yang pernah mendarat di bulan sejauh ini ada kurang lebih 12 orang.

Daftar Astronaut yang pernah ke bulan :



       Teknologi luar angkasa dalam keberhasilan misi ke bulan itu kemudian digunakan kembali di tahun-tahun setelahnya. Seperti pada awal tahun 1970-an, satelit komunikasi dan navigasi mulai diluncurkan. Bahkan sebuah wahana antariksa bernama Mariner juga diluncurkan Amerika Serikat untuk mengorbit dan memetakan permukaan Mars.

       Nggak cuma itu, Squad. Pada akhir dekade 70-an, Amerika Serikat juga meluncurkan wahana antariksa Voyager 1 dan Voyager 2, yang memiliki misi untuk memotret Jupiter dan Saturnus, bersama dengan cincin dan satelit mereka dari dekat. Pada 1980-an, teknologi luar angkasa semakin berkembang pesat lagi. Sudah banyak kala itu satelit komunikasi yang diluncurkan untuk mendukung berjalannya program-program televisi, telepon komunikasi, hingga internet.

      Teknologi luar angkasa Indonesia sendiri dimulai sejak tahun 1976 dengan peluncuran satelit Palapa A1 dan tahun 1987 dengan peluncuran satelit Palapa B1, keduanya merupakan sebuah satelit komunikasi. Teknologi luar angkasa pasca perang dingin terlihat dalam pembentukan Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) oleh Amerika Serikat dan Rusia pada 20 November 1998. ISS yang merupakan sebuah laboratorium penelitian yang ditempatkan di orbit rendah bumi itu menjadi simbol kerja sama dalam eksplorasi luar angkasa antara dua negara besar yang dulu bersaing.

       ISS merupakan satelit terbesar buatan manusia. Ia dihuni oleh tiga sampai enam astronaut yang bergantian pergi-pulang selama enam bulan sekali sejak November 2000. Untuk menuju ISS, manusia menggunakan teknologi kapsul antariksa bernama Soyuz buatan Rusia, sementara logistiknya diangkut dengan kapsul Dragon milik Amerika Serikat.

      Saat ini, ISS nggak cuma hasil kerja sama antara Amerika Serikat dan Rusia saja, Squad. Melainkan negara-negara seperti Kanada, Jepang, Prancis, Belgia, Denmark, Jerman, Britania Raya, Italia, Belanda, Norwegia, Swedia, Spanyol, dan Swiss juga ikut andil dalam memajukan ISS. Selama ini, kita memang jarang mendengar prestasi Indonesia di bidang keantariksaan. Di saat bangsa-bangsa lain telah menjelajah ke luar angkasa dan bahkan mendarat di bulan, negara kita tampaknya belum mau sampai ke tahap itu.


Satelit Palapa dan Kebanggaan Orde Baru


       Indonesia menjadi negara ketiga di dunia, setelah Amerika Serikat dan Kanada, yang menggunakan satelit komunikasi? Sayangnya, untuk urusan mengirim astronautnya ke luar angkasa, Indonesia disalip oleh India dan Malaysia. Sebenarnya, pada tahun 1986, Indonesia sempat memiliki astronaut pertama bernama Prof. Dr. Pratiwi Sudarmono. Beliau ditugaskan untuk ikut dalam misi STS-61H, yang bertujuan untuk mengirim satelit Palapa-B2P, Skynet 4A, dan WESTAR 6S ke orbit bumi.



          Pratiwi seharusnya berangkat pada tanggal 24 Juni 1986 dan pulang kembali 1 Juli 1986. Namun, rencana itu tinggal rencana. Misi dibatalkan karena adanya kecelakaan pesawat Challenger, sebuah pesawat ulang alik yang meledak 73 detik setelah diluncurkan, menyebabkan kematian tujuh awak astronautnya. Pesawat nahas itu hancur di atas Samudera Atlantik.

            Sejak saat itu, teknologi luar angkasa Indonesia lebih terfokus pada sistem komunikasi satelit untuk komunikasi antardaerah dan antarnegara, serta menyambungkan komunikasi telepon, televisi, radio, faksimili, dan internet. 27 tahun berselang, Indonesia melalui Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) mulai kembali mengembangkan satelit sendiri hasil riset dan kerja sama dengan Jerman. Pada 10 Januari 2010, satelit komunikasi dan penginderaan jauh terbaru milik Indonesia yang bernama LAPAN A1 diluncurkan.

         Lalu pada September 2015, LAPAN yang bekerja sama dengan Organisasi Radio Amatir Indonesia (ORARI), sukses meluncurkan satelit LAPAN A2 dengan menumpang satelit milik India. Hingga yang terbaru, bekerja sama dengan Institut Pertanian Bogor (IPB), LAPAN meluncurkan satelit LAPAN A3 pada tahun 2016. Ketiga satelit terbaru Indonesia itu memiliki tugas yang hampir sama, tetapi dengan teknologi satelit yang berbeda dan semakin berkembang.

        Satelit Palapa adalah satelit pertama milik Indonesia, dan jadi kebanggaan di Orde Baru. Sejatinya Walter Peterson adalah seorang petualang. Dia seperti Don Juan yang selalu ditemani perempuan cantik di mana pun dia berada. Termasuk di Jakarta dan Bandung. Keahliannya sebagai insinyur penggarap satelit ruang angkasa, ikut membawanya ke Indonesia. Pemuda Jerman yang lama mukim di Amerika itu, seperti diceritakan Klaus G. Johannsen dalam Jalan Ke Bogor; Palapa dan Wanita Papua (2004), adalah salah satu dari tim ekspatriat yang membangun satelit kebanggaan Indonesia bernama Palapa. “Peluncuran satelit dari Satelit Palapa merupakan suatu peristiwa nasional yang mempunyai arti besar bagi Indonesia. Pajabat tertinggi pemerintahan terlibat dalam proyek yang mempertaruhkan gengsi nasional," tulis Klaus G. Johannsen dalam Jalan Ke Bogor; Palapa dan Wanita Papua (2004:161).

      Satelit Palapa punya arti penting bagi Indonesia. Ini adalah satelit pertama milik Indonesia, dan tentu saja jadi kebanggaan bagi Orde Baru. Mengapa satelit ini bernama Palapa? Tentu saja ini sangat menarik untuk dikaitkan dengan sumpah yang pernah diucapkan Gajah Mada.

“Saya ingat pada sejarah Mahapatih Gajah Mada dulu yang telah bersumpah, tidak akan makan buah Palapa sebelum persatuan dan kesatuan kerajaan Majapahit menjadi kenyataan," aku Soeharto dalam autibiografinya, Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya (1989:323).

        Di masa Orde Baru yang disebut sebagai era pembangunan nasional, Satelit Palapa sangat penting kehadirannya. Satelit domestik itu bisa meringkas jarak komunikasi antar tempat di Indonesia yang amat luas wilayahnya. Penamaan satelit sebagai Palapa sendiri baru dilakukan 16 Agustus 1976. Jauh sebelum itu, pemerintah sudah merancang soal satelit ini.

          Sejak 1969, pemerintah Indonesia sudah meresmikan Stasiun Bumi di Jatiluhur, melalui tangan Presiden Soeharto. Menurut Bondan Winarno dalam biografi JB Sumarlin: Cabe Rawit Yang Lahir Di Sawah (2012:180-181), stasiun satelit itu terkait dengan Indosat, sebuah perusahaan yang didirikan pada 1969 oleh American Cable Radio Corporation (ACR), anak dari International Telephone Telegraph Corporation (ITT). Setelah era penanaman modal asing, ITT tertarik dengan Indonesia. Indosat yang lahir di masa terbukanya Indonesia bagi modal asing, merupakan singkatan dari Indonesia Satellite.

     “Indosat menjadi service provider satu-satunya bagi Perumtel (kemudian menjadi PT Telkom) dalam penyediaan jasa sambungan telepon internasional. Media yang digunakan adalah satelit komunikasi Intelsat," tulis Bondan Winarno. Intelsat merupakan singkatan dari International Telecommunications Satellite, sebuah perusahaan layanan satelit, yang yang berdiri sejak 1964 dan terdiri dari Amerika Serikat, Australia, Kanada, Jepang, dan kini beranggotakan 149 negara. Indonesia masuk dalam konsorsium itu sejak 1967.

      Era 1970-an, Perumtel dipimpin Direkturnya Ir Willy Moenandir. Sementara itu Direktur Jenderal Pos Telekomunikasi (Dirjen Postel) dipegang oleh Mayor Jenderal Soehardjono. Menurut Arnold Djiwatampu, dalam Strategi Perjuangan Telekomunikasi (2015:17), Soehardjono, yang mantan Asisten Komunikasi dan Elektronika Departemen Pertahanan Keamanan itu, mengisi jabatan itu sejak 1966. Dua orang inilah yang terkait dengan konsep, yang belakangan jadi proyek penting Indonesia, Sistem Komunikasi Satelit Domestik (SKSD). Akhirnya, seperti ditulis dalam buku Mengenang Sewindu SKSD Palapa (1984:20), Indonesia pun bekerja sama dengan Hughes Aircraft Company dari Amerika. Kontrak diteken pada 5 Juli 1974.

             Pada Agustus 1974, Soehardjono pun menjelaskan Proyek SKSD kepada para menteri terkait, yakni Menteri Riset dan Teknologi Prof. Dr. Soemitro Djojohadikoesoemo, Menteri Penertiban Aparatur Negara/Wakil Ketua Badan Perancang Pembangunan Nasional, Dr. J.B. Soemarlin, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Syarif Thayeb, dan Menteri Penerangan Mashuri. Pemerintah akhirnya mendukung proyek satelit itu.

            Satelit itu diluncurkan di Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat pada Kamis sore, tanggal 8 Juli 1976 jam 19.30 waktu setempat. Sudah tentu ada pejabat Indonesia yang hadir di sana. Satelit yang diangkut di roket pendukung Thor Delta itu, kemudian mengorbit di atas Samudra Hindia. Gengsi Indonesia di mata negara-negara Asia dan Pasifik tentu naik berkat Satelit Palapa.

Di era 1970an, tak semua negara punya satelit. Indonesia tentu boleh mendongakkan dagu soal ini. Menurut catatan Ishadi Sutopo dan Sumarsono Soemardjo dalam Dunia Penyiaran: Prospek dan Tantangannya (1999:8), "Indonesia merupakan negara ketiga di dunia setelah Kanada dan Amerika Serikat yang membangun sistem komunikasi satelit domestik."

            Seperti dicatat dalam buku Jejak Langkah Pak Harto 27 Maret 1973-23 Maret 1978 (2003:376), pada 12 Juli 1976 siang, Presiden Soeharto menuju stasiun bumi di Cibinong. Soeharto ditemani Menteri Lingkungan Hidup Emil Salim, Direktur Jenderal Pos Telekomunikasi Soehardjono, Kepala G-1 Hankam, Mayor Jenderal Benny Moerdani. 

            Bagi Presiden Soeharto, peluncuran satelit Palapa itu dianggap penting di era pembangunan nasional yang dia gerakkan. Seperti ditulis Abdul Gafur dalam buku Pak Harto: Pandangan dan Harapan(293), “karena pembangunan berhasil kita mampu membeli satelit dan roket (untuk generasi pertama, sedangkan generasi kedua dengan pesawat ulang-alik) yang melontarkannya ke angkasa."

            Semula satelit Palapa dikelola oleh Perumtel—yang kini jadi Telkom. Belakangan, berdiri pula PT Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) yang ikut mengelola satelit Palapa. Satelit Palapa pertama adalah A1, yang diluncurkan pada 1978, pensiun pada 1983. Selain A1, ada juga A2 yang diluncurkan pada 1977 dan pensiun pada 1988. Hingga kini Satelit Palapa berkali-kali ganti. Selain Telkom dan Satelindo, belakangan Indosat juga ikut mengelola satelit. Pemerintah Indonesia, seperti dicatat Bondan Winarno (2012:181), pada 1976 juga membangun proyek kabel bawah laut antara Medan dengan Penang. Indosat yang untung besar sebagai provider Perumtel, akhirnya diajak ikut serta. Tapi rupanya Indosat ogah. Presiden Soeharto kecewa dengan Indosat.

            Sempat muncul isu Indosat akan dinasionalisasikan. Tapi era 1980-an, waktu oil boom yang bikin Indonesia kaya berkat minyak, Indosat pun diakuisisi. Seorang Toraja bernama Jonathan Parapak kemudian ditugasi memimpin Indosat. Satelit Palapa, nyatanya memang berfungsi seperti yang diharapkan. Lewat Satelit Palapa pula Televisi Republik Indonesia (TVRI) bisa mengudara dan menyapa rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Bahkan tak hanya TVRI, satelit Palapa juga berperan pada lahirnya tiga televisi swasta pertama di Indonesia. “Berbasis di Jakarta, Bandung dan Surabaya, ketiga saluran televisi sekarang berskala nasional berkat menggunakan satelit Palapa," tulis David T Hill dalam Pers di Masa Orde Baru (2011:119).

            Selain oleh seluruh rakyat Indonesia, Satelit Palapa juga dinikmati anak Soeharto. Tentu saja karena di antara stasiun televisi swasta yang ada, anak-anak Soeharto punya saham. Bambang Trihatmodjo di Rajawali Citra Televisi (RCTI) dan Siti Hardiyanti di Televisi Pendidikan Indonesia (TPI). Ternyata tak hanya anak, adik tiri pun juga. Sudwikatmono juga terkait dengan Surya Citra Televisi (SCTV).

Video Terkait Teknologi Satelit Palapa :



Mind Map :



















Kelompok 3 
Admin : Fathur Alhadian

(KELOMPOK 3)
  • Akbar Mulyadi Rusmana
  • Fathur Alhadian
  • Laurent Chusnein
  • Riska Nabila
  • Riska Nur Asiyah
  • Sheva Septian Wijaya


Sumber :

Sejarah dan Perkembangan Teknologi Pesawat Terbang (Nasional & Internasional)


"SEJARAH DAN PERKEMBANGAN
TEKNOLOGI PESAWAT TERBANG"



            Pesawat terbang adalah pesawat udara yang lebih berat dari udara, bersayap tetap, dan dapat terbang dengan tenaga sendiri. Secara umum istilah pesawat terbang sering juga disebut dengan pesawat udara atau kapal terbang atau cukup pesawat dengan tujuan pendefenisian yang sama sebagai kendaraan yang mampu terbang di atmosfer atau udara. Namun dalam dunia penerbangan, istilah pesawat terbang berbeda dengan pesawat udara, istilah pesawat udara jauh lebih luas pengertiannya karena telah mencakup pesawat terbang dan helikopter.


A. Sejarah Pesawat Terbang
  • Abbas Ibnu Firnas (825M)
Abbas Ibnu Firnas beserta Prototype Percobaannya

      
Ini fakta lama yang jarang diketahui khalayak ramai: manusia pertama yang berhasil terbang bukan Orville dan Wilbur Wright bersaudara di Amerika Serikat pada 1903. Keduanya memang orang pertama yang terbangmenggunakan alat bernama pesawat terbang. Namun, ilmuwan muslim telah mengembangkan prinsip-prinsip penerbangan satu milenium sebelumnya.
       Abbas Ibn Firnas, matematikawan, astronom, fisikawan, dan ahli penerbangan Muslim dari abad ke-9, tercatat sebagai manusia pertama yang mengembangkan alat penerbangan dan sukses terbang.
       Pengertian 'manusia pertama' di sini berlaku umum, mencakup siapa pun yang berhasil terbang menggunakan alat apa pun, tidak harus berupa pesawat terbang seperti yang ada saat ini.
       Ibn Firnas berhasil terbang menggunakan glider, alat terbangsederhana yang dilengkapi sayap. Sementara itu, tak diragukan, Wright merupakan penemu dan penerbang pesawat terbangpertama. Alat terbang Ibn Firnas memang masih sederhana. Namun, keberhasilan Ibn Firnas menguji dan menerbangkan alat buatannya pada tahun 852 memberi inspirasi kepada ilmuwan-ilmuwan Barat untuk mengembangkan pesawat. Itu berarti 1164 tahun silam.
       Ibn Firmas lahir di Izn-Rand Onda (sekarang Ronda, Spanyol) tahun 810 Masehi. Pria Maroko ini hidup pada masa pemerintahan Khalifah Umayyah di Andalusia (Spanyol). Semasa hidupnya, seorang genius yang hidup di Cordoba ini dikenal sebagai ilmuwan serba bisa dan menguasai beragam disiplin ilmu pengetahuan. Menurut sejumlah sumber, ketertarikan Abbas pada aeronautika bermula saat ia menyaksikan atraksi pria pemberani bernama Armen Firman. Pria tersebut membuat alat dari sutra yang diperkuat dengan batang kayu. Ia lantas terjun dari ketinggian, tetapi ia tak berhasil. Untungnya, alat cukup menghambat gerak jatuh bebas Firman sehingga ia tak terluka.
       Ibn Firnas yang berada dalam kerumuman penonton terkesan dengan aksi Armen Firman. Pengalamannya ini yang menyeretnya mempelajari aeronautika lebih dalam. Sumber lain menyebut, Armen Firman sejatinya merupakan nama Ibn Firnas yang "dilatinkan". "Penerbangan" pada tahun 852 adalah percobaan pertamanya. Tahun 875, saat usianya menginjak 65 tahun, Ibn Firnas merancang dan membuat sebuah alat terbang yang mampu membawa penumpang. Ia lantas mengundang orang-orang Cordoba untuk turut menyaksikan penerbangan bersejarahnya di Jabal Al-‘Arus (Mount of the Bride) di kawasan Rusafa, dekat Cordoba.

      Sebelum melakukan uji coba terbang, Ibn Firnas sempat mengucapkan salam perpisahan, mengantisipasi jika penerbangannya gagal.

"Saat ini, saya akan mengucapkan selamat tinggal. Saya akan bergerak dengan mengepakkan sayap, yang seharusnya membuat saya terbang seperti burung. Jika semua berjalan dengan baik, saya bisa kembali dengan selamat," katanya.

       Penerbangan itu sukses. Ibn Firnas mampu terbang selama 10 menit. Sayang, cara meluncurnya tidak tepat sehingga melakukan pendaratan yang fatal. Ibn Firnas terempas ke tanah bersama "pesawatnya" dan mengalami patah tulang pada bagian punggung. Kecelakaan itu terjadi karena dia lupa untuk menambahkan ekor pada alat buatannya.
Ibn Firnas tidak memperhitungkan pentingnya ekor sebagai bagian yang digunakan untuk memperlambat kecepatan saat melakukan pendaratan sebagaimana layaknya burung ketika menggunakan ekornya.
       Abbas Ibn Firnas wafat pada tahun 888. Ia tidak bisa bertahan dari deraan sakit akibat cedera punggung yang diderita saat melakukan uji coba pesawat buatannya.

·         Wright Bersaudara (1903)

Wright Bersaudara
Inspirasi dari Leonardo da Vinci

     Kala Wilbur Wright berusia sebelas dan Orville Wright berusia tujuh, ayah mereka, Milton Wright, memberi hadiah helikopter mainan karya Alphonse Penaud. Orang Perancis itu tidak membuat rancangan helikopter dari ide orisinalnya. Ia menciptakan mainan tersebut dari desain imajiner helikopter karya Leonardo da Vinci.

     Sebagaimana diwartakan Wired, da Vinci, pada rentang 1483 hingga 1486, pernah membuat sketsa atas apa yang kini kita sebut helikopter bernama Vite Aerea atau The Aerial Screw. “Saya percaya bahwa jika sekrup ini dibuat dengan baik, sekrup akan mampu naik tinggi ke atas,” tulis da Vinci dalam catatan desain Vite Aerea.

       Wilbur Wright dan Orville Wright, atau sebut saja “Wright Bersaudara”, terkesima. Dalam “The Birth of Flight Control: An Engineering Analysis of the Wright Brothers’ 1902 Glider” (2003), paper yang ditulis G.D. Padfield, dua orang bocah itu kemudian sepakat untuk menciptakan sesuatu yang “wah”: membuat manusia bisa terbang. Dan penciptaan yang “wah” itu kemudian diinisiasi pada 30 Mei 1899, kala Wilbur, si kakak, mengirim surat pada Smithsonian Institution. 


“Saya tertarik dengan permasalahan-permasalahan mekanis soal penerbangan sejak kecil. Saya membuat sejumlah percobaan sederhana dengan berbagai ukuran sesuai dengan kerja yang telah dilakukan. Dan menyadari bahwa manusia terbang adalah mungkin dan dapat dilakukan. Saya percaya bahwa penerbangan sederhana mungkin dilakukan oleh manusia asalkan telah ada serangkaian percobaan dan investigasi besar dan independen untuk menghasilkan informasi, pengetahuan, dan keterampilan yang akhirnya akan mengarah pada penerbangan yang sempurna,” tulis Wilbur kala itu. 


     Smithsonian merespons. Mereka memberikan buku-buku rujukan soal aviasi yang dimiliki pada Wright bersaudara.

Glider adalah Kunci

Pada 1900, berdasarkan rujukan yang telah mereka pelajari, khususnya tentang monoplane Lilienthal Glider dari Otto Lilienthal, kakak-adik ini menghasilkan “1900 Glider.” Glider merupakan pesawat tanpa mesin dan sering disebut sebagai pesawat layang. Lilienthal adalah pelopornya. Dengan glider, Lilienthal melakukan penyelidikan untuk mengetahui apa dan bagaimana aerodinamika bekerja. Wright bersaudara meniru kerja Lilienthal dengan membuat glider yang memiliki lebar sayap sepanjang 20 kaki.

Sayangnya, Wright bersaudara tidak puas. Pada 1901 mereka menyempurnakan penciptaan dengan merilis “1901 Glider” yang bersayap lebih luas. Tapi penciptaan glider kedua ini pun tak membuat Wright bersaudara puas. Dengan sayap yang telah diperluas, glider hanya mampu memperoleh sepertiga daya angkat dari teori penciptaan glider milik Lilienthal yang mereka pelajari. Wright kemudian paham, membuat sistem pengendali pesawat (flight control) adalah solusinya. Dan pada 1902 mereka memecahkan solusi itu dengan “1902 Glider.”

Pada teori aerodinamika ada istilah bernama rasio L/D atau lift-to-drag. Sederhananya, daya angkat akan tercipta manakala sayap bertubrukan dengan angin. Untuk menciptakan rasio L/D yang baik, yang akan menghasilkan daya angkat maksimal, Wright bersaudara menyadari pentingnya sistem pengendali pesawat. 

Mereka mempelajari centre of gravity (titik berat atau pusat massa), lokasi dalam pesawat di mana rata-rata berat berada. Bila centre of gravityditemukan, akan diketahui di mana titik-titik three dimensional coordinate(tiga koordinat penentu sumbu utama): pitch, roll, dan yaw. Ketiga titik itulah yang bisa membuat pesawat bergerak leluasa. 1902 Glider sukses. Di tahun itu, 700 hingga 1.000 kali penerbangan “1902 Glider” dilakukan Wright bersaudara. Setahun berselang, Wright Flyer lahir. Wright Flyer merupakan pesawat heavier-than-air bermesin yang diciptakan Wright bersaudara. Pesawat dibuat memanfaatkan kayu cemara dan mesin khusus berkekuatan 12 tenaga kuda.

Lewat pencapaian tersebut, Wright bersaudara jadi dua orang pertama di dunia yang sukses menciptakan pesawat terbang bermesin. Itulah cikal-bakal semua pesawat yang lahir kemudian, termasuk dari Boeing maupun Airbus.

Wright Flyer sukses diujicoba untuk terbang empat kali, antara Kill Devil Hills hingga Kitty Hawk di North Carolina, Amerika Serikat, dengan jarak tempuh sejauh 6,4 kilometer, pada 1903. Dan kakak-adik ini akhirnya menerima paten “Flying Machine” bernomor US821393A pada 22 Mei 1906, tepat hari ini 113 tahun lalu.

Meski pada 1903 pesawat bermesin sukses dilahirkan Wright bersaudara, mereka tak mau langsung mengumumkannya pada publik. Pada 5 Januari 1904, sebagaimana dikutip Associated Press, Wilbur mengatakan bahwa “kami bertekad, sebelum kembali ke rumah, untuk mengetahui apakah mesin memiliki kekuatan yang cukup untuk terbang, kekuatan yang cukup untuk menahan guncangan pendaratan, dan kapasitas kontrol yang cukup untuk membuat penerbangan aman di angin yang kencang, serta di udara yang tenang. Ketika poin-poin ini telah ditetapkan dengan pasti, kami akan segera mengemas barang-barang kami dan kembali ke rumah.”

Secara tersirat, Wright bersaudara menginginkan ciptaan mereka benar-benar bekerja baik, tidak setengah-setengah. Semangat itulah yang terus dipertahankan para pencipta pesawat sampai kini, sehingga bisa melahirkan rasio kecelakaan yang paling rendah.

B. Sejarah Pesawat di Indonesia

Nurtanio Sang Pelopor Industri Dirgantara di Indonesia 

Nurtanio adalah pelopor industri penerbangan Indonesia. Dia memulainya justru dalam kondisi sulit di masa Revolusi.

Zaman Orde Baru punya Bacharuddin Jusuf Habibie. Di era Orde Lama, Indonesia punya Nurtanio Pringgoadisuryo. Nurtanio termasuk segelintir orang Indonesia yang terobsesi untuk terbang. Bukan sekadar terbang sebagai pilot, tapi juga membuat pesawatnya. Sedari zaman sekolah, dia sudah berlangganan majalah penerbangan Vliegwereld. Dia tidak sulit memahami bacaan berbahasa Belanda karena itulah bahasa pengantarnya di sekolah (ELS dan MULO). Minatnya pada pesawat ditunjang dengan pendidikan formalnya. Di zaman Jepang, Nurtanio belajar teknik di Kogyo Senmon Gakko, Surabaya. Selain itu dia pernah aktif di Junior Aero Club (JAC) demi memuaskan minat pada penerbangan ketika masih sekolah.

Setelah Indonesia merdeka, Nurtanio termasuk pemuda yang ikut serta masuk Angkatan Udara Republik. Bersama Wiweko Supono, yang sama-sama doyan membuat pesawat, Nurtanio ditempatkan di Biro Rencana dan Konstruksi Angkatan Udara di Maospati, Madiun. Seperti dicatat buku Awal Kedirgantaraan di Indonesia: Perjuangan AURI 1945-1950 (2007: 68), biro ini tugasnya mengadakan perbaikan, perawatan, dan pembuatan pesawat mandiri dengan bahan-bahan yang ada. Kala itu Republik Indonesia sangat sulit mendapatkan mesin dan bahan-bahan lain untuk membuat pesawat. Apalagi Angkatan Laut Belanda mengadakan blokade laut yang menyulitkan.

“Nurtanio dalam pembuatan pesawat terbang, diawali dengan membuat glider, pesawat terbang tanpa motor,” tulis J. M. V. Soeparno dalam Nurtanio: Perintis Industri Pesawat Terbang Indonesia (2004: 52).

Di awal masa Revolusi, dengan dibantu teknisi-teknisi AURI, Wiweko dan Nurtanio berhasil membuat pesawat glider bernama Zogling NWG. Di bawah perwira-perwira macam Nurtanio dan Wiweko, sebenarnya terdapat teknisi-teknisi AURI yang juga ahli pesawat, tapi kurang dikenal dalam sejarah. Salah satunya Achmat bin Talim—pemuda Sunda kelahiran 1910—yang pernah bekerja di penerbangan KNIL dan pernah ikut membuat pesawat kayu PK-KKH pesanan pengusaha roti di Bandung.

Gebrakan pertama biro AURI yang dipimpin Nurtanio adalah pesawat olahraga berkursi tunggal dengan mesin silinder Harley Davidson berkekuatan 15 pk yang dinamai Nurweko dengan registrasi RI-X pada 1947. Sejawat lain di AURI yang “gila” dalam membuat pesawat adalah Yum Sumarsono. Di masa Revolusi dia bekerja keras dengan swadaya dan bantuan kawan membuat helikopter berbekal mesin BMW 500cc 24 pk. Usaha sulit ini lalu tergagalkan oleh Agresi Militer II. Begitu tercatat dalam Awal Kedirgantaraan di Indonesia (hlm. 75-76). Setelah Revolusi berlalu, Nurtanio dan kawan-kawan terus membuat pesawat percobaan. Di antaranya adalah Si Kumbang, Kunang-kunang, Belalang, dan lainnya. Si Kumbang pertama kali terbang pada 1 Agustus 1954 dan terus disempurnakan.

Gugur dalam Uji Coba Terbang

Ketika ambisi akan industri penerbangan nasional muncul, Nurtanio tak ingin Indonesia terburu-buru. Hingga akhirnya muncul kebijakan membangun Lembaga Persiapan Industri Penerbangan (LAPIP), berdasarkan Keputusan Menteri/Kasau N0.488 tertanggal 1 Agustus 1960. Indonesia sempat bekerja sama dengan Polandia untuk merintis industri penerbangan itu.

Pada awal 1965, seperti dicatat Benedicta A. Surodjo & J. M. V. Soeparno dalam Tuhan, Pergunakanlah Hati, Pikiran dan Tanganku: Pledoi Omar Dani(2001: 110-111), Komodor Nurtanio sudah mampu memproduksi pesawat Gelatik dan dipercaya untuk merakit pesawat. 

Menghabiskan waktu di depan meja gambar, untuk seorang pelopor industri pesawat sepertinya, tentu hal yang biasa. Tapi Nurtanio berani lebih dari sekadar di belakang meja. Bekerja ala Nurtanio tak melulu memeras otak, tapi juga harus berani berkorban jiwa. 

Yum Sumarsono, misalnya, seperti dicatat Bakti TNI Angkatan Udara, 1946-2003 (2003: 120-121), harus kehilangan tangan dalam uji coba terbang pesawat rakitannya yang bernama Kepik. Nahas juga akhirnya dialami Nurtanio, hingga ia harus tutup usia. Dalam uji coba penerbangan pesawat Super Aero-45 bermesin ganda buatan Cekoslovakia, seperti dicatat Chappy Hakim dalam Awas Ketabrak Pesawat Terbang (2009: 160), Nurtanio dan Supadio jatuh di Bandung pada 21 Maret 1966, tepat hari ini 53 tahun lalu. Penyebabnya adalah salah satu mesinnya mati mendadak.

Masalah penerbangan yang mengancam nyawa pernah dialami Nurtanio sebelumnya. Tapi tak sekalipun pesawat hasil rancangannya sendiri membuatnya terbunuh. Nurtanio malah gugur ketika menerbangkan pesawat buatan luar negeri yang teknologinya dianggap lebih baik.

Namanya Sempat Dihapus

Setelah kematiannya, laki-laki yang diberi pangkat Laksamana Muda secara anumerta ini pernah dikenang sebagai nama lembaga pembuat pesawat. Nurtanio diresmikan oleh AURI di Bandung menjadi nama lembaga penerbangan, yaitu Lembaga Industri Penerbangan Nurtanio (LIPNUR), penerus LAPIP. LIPNUR kemudian diubah lagi namanya menjadi Industri Pesawat Terbang Nurtanio (IPTN). 

Setelah era Nurtanio, tak dapat dipungkiri B.J. Habibie dan generasinya di IPTN telah membuat banyak kemajuan dalam industri pesawat terbang. Di masa Habibie berperan penting dalam industri pesawat, ketika Orde Baru berjaya, lembaga ini kemudian diubah namanya menjadi Industri Pesawat Terbang Nusantara (masih disingkat IPTN juga). Nama Nurtanio jelas seperti dilupakan sebagai perintis industri penerbangan Indonesia. Apalagi singkatan IPTN kemudian berganti nama lagi menjadi PT Dirgantara Indonesia (PTDI). 

Bagi Marsekal Chappy Hakim, mantan KSAU, perubahan nama itu, “agak kurang jelas dan terasa juga sebagai suatu penghinaan dirasakan oleh keluarga besar almarhum Nurtanio dan tentu saja Korps Angkatan Udara.” Hilangnya nama Nurtanio itu ibarat mencoret peran sejarah AURI dalam perintisan industri penerbangan Indonesia. Dengan hilangnya nama Nurtanio, orang-orang tidak akan mencari tahu lagi siapa itu Nurtanio Pringgoadisuryo, laki-laki kelahiran Kandangan 3 Desember 1923, yang sedari zaman Revolusi sudah merancang pesawat. Padahal Nurtanio adalah satu bukti penting bahwa orang Indonesia sudah mampu membuat pesawat sendiri, bahkan di masa-masa sulit. 

Kini namanya dicoba dikenang kembali dengan menamakan pesawat N219 produksi PTDI sebagai Nurtanio.

C. Inovasi Teknolgi Dunia penerbangan di masa depan



     Di dalam dunia penerbangan, inovasi teknologi yang muncul kebanyakan diciptakan karena timbulnya suatu masalah yang kemudian dapat menjadikannya solusi. Kamu harus tahu beberapa inovasi unik di bawah ini di dunia penerbangan. Semoga kita akan merasa lebih aman dan nyaman ketika menggunakan moda transportasi udara ini.
1. Inovasi bahan bakar yang ramah lingkungan



Teknologi ini bertujuan ingin menyelesaikan masalah polusi udara yang diakibatkan pesawat komersil maupun non komersil, yaitu menggantinya dengan solar system. Penggunaan bahan bakar ini diprediksi dapat menghemat biaya dan dapat mengurangi polusi sebanyak 70 persen. Selain pesawat komersil, NASA juga telah merencanakan pesawat yang bernama Double Bubble yang dirancang untuk menggunakan bahan bakar solar system tersebut.

2. DIY Security

Ini adalah sistem yang memungkinkan autopilot keamanan berjalan ketika pilot mengoperasikannya. Sekalinya sistem keamanan sudah dinyalakan, pembajak pesawat akan sangat sulit mematikannya. Setelah sistem keamanan menyala, akan ada laporan ke darat bahwa pesawat tersebut dalam bahaya. Sistem ini juga bisa membuat pesawat mengerem dan mendarat secara otomatis lho. Dengan alat ini kita tidak perlu melakukan pengecekan berkali-kali saat akan atau setelah melakukan penerbangan tanpa mengurangi ancaman keselamatan sedikit pun. Diprediksi ada suatu perusahaan besar yang akan mengerjakan proyek ini beberapa tahun mendatang.

Masih banyak lagi inovasi yang akan dilakukan industri pesawat terbang dunia guna meningkatkan mutu dan kualitas dari penerbangan.

Berikut Cuplikan Singkat Sejarah Teknologi Pesawat :




Mind Map :

Kelompok 3
Admin : Fathur Alhadian

(KELOMPOK 3)
  • Akbar Mulyadi Rusmana
  • Fathur Alhadian
  • Laurent Chusnein
  • Riska Nabila
  • Riska Nur Asiyah
  • Sheva Septian Wijaya

Sumber :

Selasa, 27 Agustus 2019

"Perkembangan Teknologi di Bidang Pertanian"


Perkembangan Teknologi di Bidang Pertanian


          Seiring berkembangnya jaman, teknologi pun kian canggih dan mempermudah kehidupan. Salah satu penikmat majunya perkembangan teknologi ini ialah kita sendiri. Jaman sudah berubah, kehidupan mun semakin di permudah. Tak hanya di bidang perindustrian, bidang pertanian pun sudah tak mau kalah lagi dengan berkembangnya teknologi tersebut. Salah satu berkembangnya teknologi di bidang pertanian ialah ditandai dengan adanya sebuah revolusi yang dinamai dengan "Revolusi Hijau." Kira-kira apa yaa "Revolusi Hijau" itu? Koey kita simak pembahasannya.

          Revolusi hijau sering dikenal dengan revolusi agraria yaitu suatu perubahan cara bercocok tanam dari cara tradisional berubah ke cara modern untuk meningkatkan produktivitas pertanian. Latar belakang munculnya revolusi hijau ini salah satunya ialah dampak dari adanya Perang Dunia pertama dan kedua. Selain itu, pertambahan penduduk yang tidak merata dengan hasil pangan yang tidak sesuai, menyebabkan harus adanya peningkatan dari produksi pangan tersebut.

           Gagasan tentang revolusi hijau bermula dari hasil penelitian dan Thomas Robert Malthus yang berpendapat bahwa “Kemiskinan dan kemelaratan adalah masalah yang dihadapi manusia yang disebabkan oleh tidak seimbangnya pertumbuhan penduduk dengan peningkatan produksi pertanian”. Pengaruh tulisan Robert Malthus tersebut, yaitu :
  • Gerakan pengendalian pertumbuhan penduduk dengan cara pengontrolan jumlah kelahiran;
  • Gerakan usaha mencari dan meneliti bibit unggul dalam bidang pertanian.


       Kemudian Revolusi hijau berkembang dan dimulai sejak berakhirnya PD I yang berakibat hancurnya lahan pertanian. Penelitian disponsori oleh Ford and Rockefeller Foundation di Meksiko, Filipina, India, dan Pakistan. IMWIC (International Maize and Wheat Improvement Centre) merupakan pusat penelitian di Meksiko. Sedangkan di Filipina, IRRI (International Rice Research Institute) berhasil mengembangkan bibit padi baru yang produktif yang disebut padi ajaib atau padi IR-8. Pada tahun 1970 dibentuk CGIAR (Consultative Group for International

       Agriculture Research) yang bertujuan untuk memberikan bantuan kepada berbagai pusat penelitian international. Pada tahun 1970 juga, Norman Borlang Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di Indonesia 133 mendapatkan hadiah nobel karena gagasannya mencetuskan revolusi hijau dengan mencari jenis tanaman biji-bijian yang bentuknya cocok untuk mengubah energi surya menjadi karbohidrat pada tanah yang diolah menjadi subur dengan tanaman yang tahan terhadap hama penyakit.

        Di Indonesia sendiri, Revolusi Hijau ini terjadi pada saat pemerintahan Orde Baru, dimana pemerintah ini mengalami permasalahan produksi pangan yang tidak seimbang dengan kepadatan penduduk yang terus meningkat. Oleh karena itu pemerintah Orde Baru memasukkan Revolusi Hijau dalam program Pelita.

           Revolusi Hijau diterapkan dan fokus pada peningkatan hasil pertanian (beras). Pelaksanaannya ada 4 program yakni intensifikasi pertanian, ekstensifikasi pertanian, diversifikasi pertanian, dan rehabilitasi. Kita bahas satu per satu ya

         Pertama, intensifikasi pertanian. Ini diterapkan dalam bentuk Panca Usaha Tani yakni pemilihan bibit unggul, pengaturan irigasi, pemupukan, teknik pengolahan tanah, dan pemberantasan hama. Kedua, ekstensifikasi pertanian. Langkah ini merupakan perluasan area pertanian yang sebelumnya belum dimanfaatkan. Contohnya itu seperti pemanfaatan hutan, lahan gambut, atau padang rumput untuk digunakan sebagai lahan pertanian.

     Ketiga, diversifikasi pertanian. Ini dapat katakan pengalokasian sumber daya pertanian ke beberapa aktivitas lainnya yang menguntungkan, baik secara ekonomi atau lingkungan. Contohnya menanamkan beberapa jenis tanaman dalam satu lahan atau memelihara beberapa hewan ternak dalam satu kandang. Nah, yang terakhir, rehabilitasi. Rehabilitasi ini merupakan sebuah usaha meningkatkan hasil pertanian dengan cara memperbarui segala hal terkait pertanian. Misalnya memperbaiki sawah tadah hujan menjadi sawah irigasi.


Contoh Teknologi Modern Pertanian :
      
                           Rotavator (Mesin Pengolah Tanah)

                             Seed Drill (Mesin Penanam)

                       Combine Harvester (Mesin Pemanen)

                              Slurry Spreader (Mesin Pengendali Hama)

                                 (Mesin Pengolahan Hasil Panen)


              
Mind Map :



Kelompok 4

Admin : Chaerunnisa Rahmatika


Sumber :

https://flexmedia.co.id/revolusi-hijau-pada-masa-orde-baru/
https://www.google.com/amp/s/blog.ruangguru.com/sejarah-kelas-12-sejarah-terjadinya-revolusi-hijau%3fhs_amp=true

Sabtu, 24 Agustus 2019

Hoop De Jeudg Van Amsterdam (Harapan Seorang Pemuda Amsterdam) SMAN 1 Cicalengka 2019


| DIKUTIP DARI SEBUAH KISAH NYATA |

(Kisah Hidup Eduard Douwes Dekker)


        "Menceritakan sebuah kisah perjuangan seseorang untuk mewujudkan suatu keadilan. Tak peduli meskipun harus mendapatkan beragam kritikan dan cacian. Bukan penghargaan yang Ia cari, melainkan kebenaran yang dilandasi dengan bukti tuk memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan." Berbagai macam cara Ia lakukan demi menegakkan sebuah keadilan. Namun, apakah keadilan itu berhasil ditegakkan?


XI IPS 1 (The Second Production)

[Proudly Present]




"Hoop De Jeudg Van Amsterdam"
{Harapan Seorang Pemuda Amsterdam}

2019


Link Trailer Film   : https://www.youtube.com/watch?v=wnC-ic9B8VA

Link Film               : https://www.youtube.com/watch?v=4WuoArq1b3Q&t=4s

Dyah Pitaloka (SMAN 1 Cicalengka)


        Majapahit adalah salah-satu kerajaan terbesar yg pernah hidup di Nusantara. Wilayah kekuasaan nya yg meliputi seluruh Nusantara bahkan sampai mencakup wilayah Asia Tenggara menjadikan Majapahit menjadi salah satu kerajaan Nusantara yg paling di takuti di puncak kejayaan nya. Armada perang yg kuat, wilayah kekuasaan yg luas, kekayaan yg berlimpah, dan kesejahteraan rakyat nya membuat Majapahit hampir mustahil untuk di kalahkan.

        Namun, di balik ketangguhan ny, ada satu wilayah kecil di pesisir barat pulau Jawa yg belum bisa di taklukan oleh nya, yaitu "Padjajaran". Lewat ambisi politik dari seorang Mahapatih Gajahmada untuk menaklukkan wilayah itu, terjadi lah kisah cinta yg tragis akibat dari haus nya kekuasaan 🔱⚡ 


📢 We are from One Social Squad (X IPS 1)


SMAN 1 Cicalengka 2018 dengan bangga mempersembahkan sebuah film kolosal sejarah hasil karya anak bangsa bertajuk kisah cinta yg tak sampai akibat ke egoisan akan tahta dan kekuasaan.



~ DYAH PITALOKA ~



Dibintangi :

@ruslanabdul_ (Hayam Wuruk)

@riskanr24 (Dyah Pitaloka)

@azhariilham_ (Gajah Mada)